Jakarta β Dunia kripto di Indonesia tengah mencatatkan momentum positif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan lonjakan signifikan dalam jumlah investor maupun nilai transaksi di sektor aset digital tersebut.
Per April 2025, total investor kripto di Indonesia telah menyentuh angka 14,16 juta orang, naik dari 13,71 juta pada bulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, nilai transaksi kripto domestik juga mencatat kenaikan, yakni dari Rp32,45 triliun pada Maret menjadi Rp35,61 triliun di bulan April.
βIni mencerminkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap aset digital terus menguat. Stabilitas pasar juga tetap terjaga dengan baik,β ungkap Hasan Fawzi, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK, dalam konferensi pers 2 Juni 2025.
OJK juga telah mengesahkan 23 entitas penyelenggara perdagangan kripto yang mencakup:
1 bursa kripto
1 lembaga kliring
1 kustodian
20 pedagang fisik aset kripto (PAK)
Jumlah aset kripto yang dapat diperdagangkan secara resmi pun mencapai 1.444 jenis, mencerminkan tingginya diversifikasi dan kematangan industri di dalam negeri.
Menariknya, tren positif ini tidak hanya terjadi secara lokal. Berdasarkan laporan State of Mobile 2025 dari Sensor Tower, Indonesia berada di peringkat kedua global dalam pertumbuhan sesi aplikasi kripto, dengan peningkatan 54% secara tahunan (YoY) pada 2024. Peringkat pertama ditempati Jerman (91%), disusul Brasil dan Prancis.
Sesi aplikasi kripto sendiri merujuk pada frekuensi penggunaan aplikasi digital oleh konsumen untuk melihat harga, berdagang, atau mengelola portofolio aset mereka.
Lebih jauh, OJK memperkirakan bahwa jumlah investor kripto nasional bisa tembus 28,65 juta sebelum akhir 2025, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi global dan memudarnya tekanan inflasi.
Dengan fundamental yang menguat dan dukungan regulasi yang lebih matang, sektor kripto di Indonesia tampaknya siap menembus level yang lebih tinggi β baik dari sisi partisipasi investor maupun inovasi teknologi.